Slank formasi lama (bim-bim,pay,bongky,indra q,kaka) yang cuma menghasilkan 5 album..
1. Suit hehe..hehe [gadis sexy] '91
2. Kampungan [dulu covernya bisa di seterika] '92
3. Piss [isi cover nya potocopi KTP personil] '93
4. Generasi Biru [cover yg ada komiknya buatan Jay dimas] '94
5. Minoritas [ teks lagunya terbalik mesti liat pake cermin] '95
Sekarang klik gambarnya biar kliatan jelas...
Senin, 13 Desember 2010
Catur polotik
Ibarat catur aku adalah raja yang terjebak dalam SKAK MATT...
Saat pion-pion gugur di lapak,gajah terkapar dengan belalai menjulang,kuda tak lagi mampu mengusungku lari..menteri tak lagi perkasa & benteng tak lagi kokoh...
Aku hanya pasrah di hadapan lawan, tak berdaya gerak..
Tak ada jalan tuk bisa melarikan diri lagi..
Terancam di setiap sudut,terpojok di setiap ruang,terkekang di semua suasana..
Apa harus aku berontak....????
Mereka tidak sendiri..mereka terlalu kuat untuk ku lawan..
Haruskah aku menyerah....????
Apa boleh buat aku tak sanggup melawan mereka..
Ini panggung meja catur.. masyarakat (pion) yang di tuntut agar mau di atur..
Yang kuat (menteri) semena-mena...
Yang besar (gajah) kenyang...
Yang cepat (kuda) lari dari hukum..
Mereka memang pintar.. otak politik..gak ada nalar.. masyarakat terlantar..
karna ulah si "tikus" yang lapar...!!!
Slank konser ulang tahun
Jakarta - Dua ditambah tujuh sama dengan sembilan, dan sembilan adalah angka keberuntungan. Begitulah para personel Slank memaknai ultah band mereka yang ke-27.
Abdee, Kaka, Bimbim, Ridho, dan Ivan merayakan ultah Slank ke-27 di Pantai Carnaval Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (11/12/20100). Konser itu merupakan konser yang spesial bagi mereka. Bagaimana tidak, selama setahun terakhir Slank kesulitan tampil di tempat terbuka karena masalah perizinan. Alasannya, Slankers indentik dengan kerusuhan.
Namun di konser 27 tahun Slank kali ini, Slankers yang datang dari berbagai daerah Jabodetabek relatif tenang. Konser di buka sekitar pukul 20.15 WIB. Awak personel Slank yang mengenakan pakaian casual itu membuka konser dengan lagu-lagu yang sudah familiar seperti 'Bang-bang Tut', 'Malam Minggu', 'Pulau Biru' dan 'I Miss You But I Hate You'.
Dalam konsernya kali itu Slank tidak sendiri menguasi panggung. Sederet musisi perempuan mereka gandeng untuk menyegarkan mata penonton. Di antaranya Marshanda yang bersama Slank menyanyikan 'I Miss U But I Hate U', Melly 'SHE', Pingkan Mambo, Paquita Wijaya, Syahrini, dan drummer cilik kebolan IMB JP Milenix yang berkolaborasi dengan Bimbim di lagu 'Kampungan'.
Malam semakin larut, namun di konser kali ini, Pantai Carnaval tidak begitu dipadati Slanker. Fans fanatik Slank yang kebanyakan terdiri dari ABG itu kebanyakan sambil duduk di tengah lapang untuk menyaksikan Slank. Walau begitu ada juga yang berdiri dan bergoyang ikuti alunan drum Bimbim.
Meski penontonnya relatif sedikit, bukan berarti konser aman dan tentram. Sejumlah penonton jatuh pingsan karena berdesakan di depan panggung. Kebanyakan dari mereka adalah Slankers perempuan. Beberapa kali juga penonton di depan panggung rusuh. Namun tidak berlngsung lama setelah diteriaki "kampungan...kampungan...kampungan" oleh penonton lain.
Dalam konser yang banyak disponsori oleh iklan-iklan yang dibintangi Slank itu, Slank juga membawa semangat sepakbola di atas panggung. Hal itu dikarenakan saat ini persepakbolaan dalam negeri tengah naik daun. Puluhan bola berwarna merah pun ditendang ke arah penonton sambil meneriaki "Indonesia pasti menang,."
Praktis semangat penonton pun terbakar kembali. Mereka yang tenah duduk santai tampak berdiri kembali saat Kaka bernyanyi lagu bertema korupsi seperti 'Nagih Janji', 'Birokrasi Kompleks, 'Seperti Para Koruptor', dan 'SBY' yang berduet dengan Melly 'SHE'.
Di akhir konser, Kaka berkata soal makna ultah Slank kali ini. "Dua ditambah tujuh itu Q, sembilan itu angka keberuntungan. Jadi ulang tahun Slank kali ini ada ulang tahun keberuntungan," begitu kata Kaka.
Tidak hanya itu di usia 'dewasa' Sank, sang drumer Bimbim berharap bandnya akan berdiri sampai 27 tahun ke depan. "Gue pengen 27 tahun ke depan lagi," begitu kata Bimbim dengan santai.
Meski selama 27 tahun sering ada selisih antar pesonel. Abdee, Kaka, Bimbim, Ridho, dan Ivan tetap mengusahakan makan satu meja tiap pagi. "Berantem sering, tapi sarapan pagi tetep satu meja," kata Kaka.
Meski dihadiri 1000-an penonton, jarak antara penonton dan Slank begitu dekat. Banyak interaksi yang terjadi di antara mereka. Itu juga yang
menyebabkan mudah meredam emosional Slankers. Beberapa kali Bunda Ifet menyerukan agar tidak rusuh, "nanti kalau rusuh, Slank nggak bisa main lagi loh."
Di penghujung konser, sekitar pukul 22.30 WIB Slank diberikan hadiah spesial oleh penggemarnya. Yaitu berupa bingkai uang menggambarkan wajah personel Slank.
Abdee, Kaka, Bimbim, Ridho, dan Ivan merayakan ultah Slank ke-27 di Pantai Carnaval Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (11/12/20100). Konser itu merupakan konser yang spesial bagi mereka. Bagaimana tidak, selama setahun terakhir Slank kesulitan tampil di tempat terbuka karena masalah perizinan. Alasannya, Slankers indentik dengan kerusuhan.
Namun di konser 27 tahun Slank kali ini, Slankers yang datang dari berbagai daerah Jabodetabek relatif tenang. Konser di buka sekitar pukul 20.15 WIB. Awak personel Slank yang mengenakan pakaian casual itu membuka konser dengan lagu-lagu yang sudah familiar seperti 'Bang-bang Tut', 'Malam Minggu', 'Pulau Biru' dan 'I Miss You But I Hate You'.
Dalam konsernya kali itu Slank tidak sendiri menguasi panggung. Sederet musisi perempuan mereka gandeng untuk menyegarkan mata penonton. Di antaranya Marshanda yang bersama Slank menyanyikan 'I Miss U But I Hate U', Melly 'SHE', Pingkan Mambo, Paquita Wijaya, Syahrini, dan drummer cilik kebolan IMB JP Milenix yang berkolaborasi dengan Bimbim di lagu 'Kampungan'.
Malam semakin larut, namun di konser kali ini, Pantai Carnaval tidak begitu dipadati Slanker. Fans fanatik Slank yang kebanyakan terdiri dari ABG itu kebanyakan sambil duduk di tengah lapang untuk menyaksikan Slank. Walau begitu ada juga yang berdiri dan bergoyang ikuti alunan drum Bimbim.
Meski penontonnya relatif sedikit, bukan berarti konser aman dan tentram. Sejumlah penonton jatuh pingsan karena berdesakan di depan panggung. Kebanyakan dari mereka adalah Slankers perempuan. Beberapa kali juga penonton di depan panggung rusuh. Namun tidak berlngsung lama setelah diteriaki "kampungan...kampungan...kampungan" oleh penonton lain.
Dalam konser yang banyak disponsori oleh iklan-iklan yang dibintangi Slank itu, Slank juga membawa semangat sepakbola di atas panggung. Hal itu dikarenakan saat ini persepakbolaan dalam negeri tengah naik daun. Puluhan bola berwarna merah pun ditendang ke arah penonton sambil meneriaki "Indonesia pasti menang,."
Praktis semangat penonton pun terbakar kembali. Mereka yang tenah duduk santai tampak berdiri kembali saat Kaka bernyanyi lagu bertema korupsi seperti 'Nagih Janji', 'Birokrasi Kompleks, 'Seperti Para Koruptor', dan 'SBY' yang berduet dengan Melly 'SHE'.
Di akhir konser, Kaka berkata soal makna ultah Slank kali ini. "Dua ditambah tujuh itu Q, sembilan itu angka keberuntungan. Jadi ulang tahun Slank kali ini ada ulang tahun keberuntungan," begitu kata Kaka.
Tidak hanya itu di usia 'dewasa' Sank, sang drumer Bimbim berharap bandnya akan berdiri sampai 27 tahun ke depan. "Gue pengen 27 tahun ke depan lagi," begitu kata Bimbim dengan santai.
Meski selama 27 tahun sering ada selisih antar pesonel. Abdee, Kaka, Bimbim, Ridho, dan Ivan tetap mengusahakan makan satu meja tiap pagi. "Berantem sering, tapi sarapan pagi tetep satu meja," kata Kaka.
Meski dihadiri 1000-an penonton, jarak antara penonton dan Slank begitu dekat. Banyak interaksi yang terjadi di antara mereka. Itu juga yang
menyebabkan mudah meredam emosional Slankers. Beberapa kali Bunda Ifet menyerukan agar tidak rusuh, "nanti kalau rusuh, Slank nggak bisa main lagi loh."
Di penghujung konser, sekitar pukul 22.30 WIB Slank diberikan hadiah spesial oleh penggemarnya. Yaitu berupa bingkai uang menggambarkan wajah personel Slank.
Sabtu, 11 Desember 2010
Slank solidaritas
Jika selama ini bantuan yang diberikan pada korban bencana alam berupa makanan, minuman, pakaian, susu, pakaian dalam, selimut dan tikar merupakan hal biasa. Yang tak biasa bila yang disumbangkan berupa peralatan komunikasi alias telepon selular atau biasa disingkat HP.
Adalah band papan atas, Slank, yang melakukan itu di Hard Rock Kafe, Jakarta, Jumat (5/11) sore.
Menurut President Direktur PT Metrotech Jaya Komunika Indonesia, Martono Jaya Kusuma, sumbangan 1000 hp merk Nexian yang dibundling dengan Kartu As dari Telkomsel ini adalah sebagai bentuk kepedulian terhadap bencana alam yang belakangan menghampiri tanah air.
“Jadi dari produk Nexian dalam rangka perayaan ulang tahun Slank ke-27 ini, seribu handset disumbangkan pada korban bencana,” katanya.
Dia mengaku semula peluncuran produk ini akan bersamaan dengan perayaan ulang tahun Slank pada Desember mendatang. Namun karena terjadi bencana yang terus menerus melanda Indonesia, pihaknya memajukan jadwal peresmian edisi Slank ulang tahun ke-27 itu.
“Tadinya ulang tahunnya Desember namun para personil Slank kenapa harus nunggu bulan itu untuk berbagi? Padahal sekarang sedang banyak bencana. Akhirnya kami mau yang nyata dilakukan sekarang juga,” urainya yang langsung ditepuktangani semua personil Slank yang hadir.
Sumber: MAGAZINE
Kamis, 09 Desember 2010
slank konser
Jakarta - Memasuki usia ke 27 tahun, grup musik Slank akhirnya menggelar konser secara besar-besaran. Sebelumnya, Slank pernah mengalami penundaan ketika menggelar konser tunggal.
"Sebenarnya ini ajang silaturahmi dengan Slankers. Setelah beberapa tahun yang lalu banyak hambatan, sehingga nggak bisa gelar acara akbar," kata Kaka di preskon Konser 27 tahun Slank Anniversary, di Gedung Trans TV, Jakarta Selatan, Rabu (8/12).
Tak hanya itu saja, di acara konser 27 tahun Slank Anniversary ini, Slank sudah menyiapkan 33 lagu yang termasuk lagu-lagu lama dan terbaru.
"Di ultah kali ini lagunya banyak banget, 33 lagu. Biasanya nggak sebanyak ini. Di ultah yang dulu pun nggak sampai sebanyak ini," kata Kaka.
"Pokoknya ultah itu jor-joran untuk Slankers. Kita maen 33 lagu," lanjut Bimbim.
Ivan, sang basis pun ikut angkat suara mengenai konser 27 tahun Slank Anniversary. Ia menegaskan bahwa konser Slank kali ini, konser balas dendam.
"Mungkin, ini ultah Slank balas dendam. Karena tahun lalu nggak bisa terlaksana," ujar Ivanka.
Personil Slank sendiri sangat bersyukur acara ini bisa mengantongi izin dan terlaksana. Sebelumnya, Slank tahun lalu menggelar acara kecil-kecilan di Potlot (markas Slank).
"Akhirnya bisa terlaksana juga event yang terbesar, kalo tahun lalu kita bikin cuma kecil-kecilan doang di Potlot, sampai-sampai rumah tetangga hampir rubuh," tandas kaka sambil tertawa...
salam piss all u
Selasa, 07 Desember 2010
Virus perubahan generasi biru
Ada yang harus kuungkapkan tentang mimpi-mimpiku
Bercerita soal kehidupan di atas pulau biru
Pulau yang indah bagai sorga manusia bijaksana
Hidup penuh dengan kesenangan nggak pernah salah paham
Lirik lagu Pulau Biru dari album Kampungan kelompok musik Slank seolah mewakili perasaan Neneng, Maksimus, Ivan, Yepo, Roberto, Spek, dan Ditron, saat tiba di Dili, Timor Leste. Tujuh Slankers asal Kupang, Nusa Tenggara Timur itu gembira bisa bertemu dengan teman-teman sesama penggemar Slank di negeri yang dulunya bernama Timor-Timur. Tak ada permusuhan, dendam ataupun rasa curiga. Semuanya masih sama seperti bertahun-tahun lalu saat mereka bebas datang ke Dili tanpa perlu repot-repot membuat paspor dan menjalani pemeriksaan ketat di perbatasan.
“Pokoknya katong tetap satu darah. Biarpun ada perbatasan, Slankers Kupang dan Timor Leste bersaudara,” teriak Roberto dan kawan-kawan disambut teriakan “damai” dari ratusan slankers yang berkumpul di markas mereka. Bersama-sama mereka mengumandangkan lagu Pulau Biru sambil mengibarkan dua bendera, bendera merah putih dan bendera Timor Leste. Kibaran dua bendera ini pula terlihat di antara ribuan penonton yang memadati konser Slank.
Kisah tujuh Slankers-sebutan buat para penggemar Slank- asal Kupang ini tertuang dalam film dokumenter Metamorfoblus. Film yang disutradarai Dosy Omar ini mencoba mengungkapkan sisi lain kehidupan Slankers dan fanatisme mereka terhadap grup band yang digawangi Kaka, Bimbim, Ivanka, Abdee, dan Ridho itu. “Film Metamorfoblus mencoba membuktikan kalau kekuatan lirik dan syair dari Slank itu mampu melunturkan batasan bilateral,” jelas Dosy saat pemutaran film dan konferensi pers di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta, Kamis (21/10) lalu.
Ursula Tumiwa dari Rumah Pohon Indonesia yang memproduseri film ini mengatakan Metamorfoblus merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap Slank sebagai salah satu band rock terbesar di Indonesia. Proses pengumpulan dokumen dan pengambilan gambar-termasuk mewawancara sejumlah Slankers di sejumlah daerah di Indonesia dilakukan sejak 2008 lalu, berbarengan dengan pembuatan film Generasi Biru. Proses editing Metamorfoblus sekitar dua tahun, lantaran Dosi harus memilah-milah materi terbaik yang terekam dalam hampir 200 kaset.
Awalnya, Dosy hanya ingin membuat video tentang perjalanan grup band yang bermarkas di Gang Potlot ini.Tapi kemudian dalam pembuatan video tersebut, Dosy justru banyak merekam kegiatan Slankers. Akhirnya cuplikan-cuplikan video itu digabungkan dengan kisah para personel Slank dan dibuat menjadi film dokumenter.
Jika dalam film sebelumnya, Generasi Biru, Dosy bersama sutradara Garin Nugroho dan John De Rantau mengajak penonton menikmati karakter personil Slank melalui banyak tarian, lagu-lagu dan simbol-simbol, maka Metamorfoblus lebih mengungkap bagaimana mereka mempengaruhi dan menyentuh kehidupan banyak orang. Tidak hanya para personal, mantan personel, dan orang-orang terdekat mereka, tapi juga jutaan penggemar setia yang disebut Slankers.Inilah generasi muda, generasi biru yang merindukan kedamaian. Jumlahnya dari tahun ke tahun terus bertambah. “Seperti virus yang menyebar,” kata Kaka, sang vokalis.
Jika dalam film sebelumnya, Generasi Biru, Dosy bersama sutradara Garin Nugroho dan John De Rantau mengajak penonton menikmati karakter personil Slank melalui banyak tarian, lagu-lagu dan simbol-simbol, maka Metamorfoblus lebih mengungkap bagaimana mereka mempengaruhi dan menyentuh kehidupan banyak orang. Tidak hanya para personal, mantan personel, dan orang-orang terdekat mereka, tapi juga jutaan penggemar setia yang disebut Slankers.Inilah generasi muda, generasi biru yang merindukan kedamaian. Jumlahnya dari tahun ke tahun terus bertambah. “Seperti virus yang menyebar,” kata Kaka, sang vokalis.
Dalam membuat Metamorfoblus, Dosy mengambil tiga tema yaitu kekerasan, narkoba dan perdamaian. Di film itu dikisahkan bagaimana Slankers dan Slank bergelut di tiga tema tersebut. Dosy memilih beberapa orang Slankers yang dianggap pas mewakili para Slankers di seluruh Indonesia. Selain Slankers asal Kupang, kita juga diajak berkenalan dengan Joker, Slankers asal Batam yang berprofesi sebagai polisi dan Andi , Slankers asal Bantul, Jogjakarta .
Dari mereka kita bisa melihat kuatnya ikatan misterius antara Slankers dengan grup band pujaannya itu. Mereka tak sekedar mendengarkan lagu-lagu tapi juga mencerna ide-ide, kritik, dan aspirasi yang disampaikan grup band pujaannya itu. Ide-ide itu kemudian oleh Slank dirumuskan sebagai virus PLUR-Piss (Peace), Luv (Love), Uniti (Unity) dan Respek (Respect) . Virus Plur yang menyebar lewat teriakan Kaka dari atas panggung maupun bait-bait lagu itu menerabas segala bentuk sekat, masuk ke dalam kesadaran terdalam para Slankers, mengubah dan membentuk hidup mereka.
Lihatlah bagaimana Joker, seorang polisi residen khusus 88 yang meninggalkan budaya kekerasan dan menggantikannya dengan dialog dan sikap hormat saat berhadapan dengan seorang penjahat sekalipun. Tengok pula bagaimana Andi yang sempat terjerumus menjadi pecandu putaw lantaran mengikuti jejak Bimbim, kemudian insyaf setelah pujaannya itu memutuskan berpaling dari barang haram itu. Dalam salah satu adegan bahkan diperlihatkan bagaimana sang ayah, Poniran berusaha menemui para personil Slank dan Bunda Iffet di belakang panggung untuk mengucapkan terimakasih.
Film ini sesuai judulnya berusaha menghadirkan sebuah perubahan, termasuk dalam diri personil band yang berdiri 27 tahun lalu itu. Kita tak hanya diajak ke belakang panggung konser-konser Slank, mengintip halaman belakang markas Slank di Gang Potlot, Duren Tiga, Jakarta Selatan, tapi juga ke kamar hotel para personel Slank saat mereka tur, bahkan kamar mandi mereka. Kita juga bisa menyaksikan sedikit “sisi gelap” kehidupan mereka saat masih bersahabat dengan narkoba.
Metamorfosa Slank dan Slankers itu terjalin dalam rangkaian rekaman gambar , wawancara dan lagu-lagu Slank seperti Pulau Biru, Kampungan, Generasi Biroe, Virus dan Ku Tak Bisa. Beberapa rekaman gambar (footage) peristiwa sejarah tanah air seperti kerusuhan Mei 1998 dan jajak pendapat Timor-Timur juga melengkapi film berdurasi 98 menit ini.
Film ini rencananya bakal diputar secara bergerilya di 65 kota di Indonesia melalui bioskop alternatif , bukan jaringan bioskop reguler seperti biasanya . Sebagai tahap awal film ini akan diputar di sepuluh kota, seperti Jakarta, Bekasi, Bogor, Malang, hingga Probolinggo, dengan tanda masuk sebesar Rp 15 ribu. Salah satu bentuk bioskop alternatif ini digelar dalam format layar tancap di tempat yang dianggap layak seperti tanah lapang, gedung olah raga, gedung bioskop yang tidak terpakai lagi, sekolah-sekolah hingga perekebunan. Di Jakarta misalnya, film ini akan diputar di Auditorium Ragunan dan Kineforum, Taman Ismail Marzuki.
Minggu, 05 Desember 2010
Bundaku Sayang : Bundanya Slank
Judul Buku : Bundaku Sayang
Penulis : Bunda Iffet Veceha Sidharta
Penerbit : Yayasan Obor
Tahun Cetak : Cetakan I, Agustus 2004
Tebal : 158 Halaman
_______________________________________________
Penulis : Bunda Iffet Veceha Sidharta
Penerbit : Yayasan Obor
Tahun Cetak : Cetakan I, Agustus 2004
Tebal : 158 Halaman
_______________________________________________
Sosok Bunda Iffet tentunya sudah tidak asing bagi kalangan muda, khususnya mereka yang mengidolakan band papan atas Slank. Bunda menjadi bidadari penyelamat, yang membawa Slank keluar dari jeratan narkoba, hingga kini menyatakan perang terhadap narkoba. Sang Bunda yang kini menjabat sebagai manajer Slank, membagi pengalaman dan pandangannya tentang Bangsa Indonesia melalui buku “Bundaku Sayang,” yang berisi 23 artikelnya yang sebelumnya di muat oleh Koran Slank. Dari mulai bagaimana seharusnya orang tua bersikap, sampai kepada permasalahan pengangguran.
Orang tua bukanlah pemberi nasehat dimana selalu memosisikan diri sebagai yang paling benar, tetapi orang tua harus menempatkan diri sebagai sosok yang dapat dipercaya oleh anak-anaknya, sehingga sang anak mendapatkan rasa nyaman untuk berterus terang akan setiap permasalahan yang dihadapinya, berdiskusi dan mencari solusi bersama.Begitu pula ketika anak salah, semisal terjerembab kedalam dunia narkoba, orang tua harus melakukan evaluasi bersama, tidak hanya langsung menyalahkan anaknya, karena mungkin saja kesalahan itu ada pada orang tua sendiri yang kurang dalam mengawasi pergaulan anaknya ataupun tidak maksimal dalam memberikan kasih sayangnya, sehingga sang anak mencari perhatian di dunia luar, dan kemudian terjerumus kedalam lubang hitam narkoba. Dan dengan kasih sayang pula orang tua harus mendekati anaknya, dan tidak cukup hanya menyerahkan kepada dokter tanpa ada pendekatan yang khusus dari orang tua.
Bunda Iffet mencontohkan upaya penyelamatannya terhadap Bimbim anaknya dan personil Slank lainnya yang telah 7 tahun mengalami ketergantungan terhadap narkoba. Dengan sabar ia membimbing mereka (Bimbim, Ivan, Kaka), dan memposisikan diri selain sebagai ibu yang dengan kasih sayangnya juga sebagai teman yang dapat berdialog dengan terbuka. Alhasil Slank sembuh.
Kini sebagai rasa syukur atas kesembuhan Slank, Bunda bersama Slank mendirikan Padepokan Sukajaya, sebuah pusat rehabilitasi untuk menampung dan membantu kesembuhan penderita ketergantungan narkoba, dengan cara yang sama pesis yang pernah dilakukan terhadap Bimbim, Kaka dan Ivan.
“Apa pun bila kita katakan berat tentu semua perilaku kita, tindak tanduk, hawa nafsu semua akan berat karena segala apa yang dikerjakan itu harus dilandasi dengan cinta. Tanpa cinta pasti semuanya tidak bisa terselesaikan,” tulis Bunda.
Mengenai masalah pembajakan, sebagaimana yang dikampanyekan Slank dalam salah satunya albumnya yang bertitel “Bajakan”, bahwa membajak itu hukumnya haram, dalam “Bundaku Sayang” Bunda Iffet juga mengulas tentang pembajakan di Indonesia, beliau mengajak kepada para musisi agar kompak dalam mengkampanyekan anti pembajakan, karena para musisi harus memperjuangkan haknya. Begitu pula dengan pencipta lainnya baik itu dibidang musik atau pun perbukuan, dan hal ini akan membantu tugas pemerintah dalam mengungkap gembong pembajak yang selalu bersembunyi di dalam tebalnya selimut hukum.
Dalam bidang kesejahteraan, Bunda membahas masalah pengangguran yang menjadi paradigma sosial yang ada. Menurut Bunda persoalan pengangguran bukan hanya persoalan individu si penganggur ataupun persoalan pemerintah, namun persoalan pengangguran adalah persoalan kita semua, pada hekekatnya kita harus saling memberi peluang kepada sesama.

Untuk para pengangguran Bunda menyarankan agar jangan terjebak oleh ego, misalnya rasa malu untuk bekerja karena tidak sesuai dengan pendidikan ataupun menunggu-nunggu sesuatu yang tidak pasti seperti lowongan tenaga kerja, tapi yang harus dibangun adalah sikap mau bergerak dan inisiatif untuk mendapatkan penghasilan. Bunda mencontohkan bahwa mengamen pun bila itu adalah salah satu pilihan kenapa tidak dilakukan, asalkan halal maka semua pekerjaan adalah baik.
Dalam setiap bahasannya dalam buku ini, Bunda Iffet mencoba menempatkan diri ditengah-tengah realita yang ada, khususnya kalangan muda, dengan tutur bahasa yang nyaman Bunda juga memposisikan sebagai sosok teman yang seolah mengenal dengan dekat dunia remaja, sehingga ide dan gagasan yang ia sampaikan tidak kaku dan dapat diterima dengan baik.
Buku yang diterbitkan atas kerjasama Koran Slank, Pulau Biru Indonesia (Manajemen Slank) dan Yayasan Obor Indonesia ini adalah salah satu alternatif bacaan yang sudah seharusnya dikonsumsi oleh kaum muda sebagai sarana bercermin, para orang tua dan Ibu-Ibu yang tengah berjuang mendidik anaknya sebagai panduan, juga kalangan akademisi sebagai kajian atas nilai-nilai sosial yang patut diteladani.
Rock n roll mom

Rock n roll mom binilah judul buku yang ditulis Bunda Iffet Veceha Sidharta dibantu editor ternama Darmawan S. Buku ini berisi tentang keterlibatan Bunda sebagai bidadari penyelamat Slank terutama dalam proses penyembuhan Slank dari ketergantungan narkoba dan juga perjalanan Bunda sebagai manajer Slank. Buku Rock N Roll Mom dilaunching di Gang Potlot III, Jakarta Selatan, Jumat 3 Desember 2010 kemarin. Menjadi kado manis untuk Slank dan Slankers menjelang ulang tahun Slank ke 27 pada 26 Desember 2010 nanti.
Dalam Rock N Roll Mom book atau Buku Ibu Rock N Roll ini kita bisa membaca kisah keterlibatan Bunda Iffet (Ibu Bimbim) terutama semenjak tahun 1996 ketika Slank sedang drop akibat narkoba, terutama menimpa Kaka dan Bimbim. Terlebih saat itu Bongky, Indra dan Pay keluar dari Slank. “Akhirnya Bunda masuk ke manajemen Slank, karena semua managers lari. Apalagi waktu itu Slank pas baru bubar,” cerita Bunda saat launcing.
Peran besar Bunda adalah saat membawa Kaka, Bimbim dan Ivan keluar dari jeratan narkoba, dengan memosisikan sebagai ibu sekaligus teman, Bunda mampu membimbing ketiganya lepas dari narkoba dan melewati masa rehabilitasi. Keluarnya Slank dari Narkoba memiliki dampak positif yang luas, dimana akhirnya juga diikuti oleh banyak Slankers yang juga terinspirasi untuk meninggalkan narkoba.
Ya, secara kuantitas maupun kualitas, Slank merupakan musisi yang memiliki fans terbanyak dan tersolid di Indonesia, yang jumlahnya konon mencapai setengah dari penduduk Indonesia. So, apa yang dilakukan Bunda tidak hanya berpengaruh terhadap Slank tapi juga banyak orang, terutama Slankers. Maka tidak heran jika Bunda didaulat sebagai Ibunya Slankers.
Sebagai ibu, hingga saat ini Slank sudah berumur 27 tahun dengan torehan 18 album, yang terakhir adalah Album Jurus Tandur No.18 -beliau secara konsisten dan telaten selalu menjadi tempat curhat bagi Slank dan Slankers, termasuk membalas curhat Slankers baik yang datang ke markas Slank di Potlot maupun yang mengadu via sms maupun surat dimana bunda membalasnya sendiri setiap curhatan Slankers.
Rock N Roll Mom bagi saya yang juga adalah seorang Slankers, adalah gelar yang tepat untuk Bunda Iffet, seorang ibu kelahiran Jakarta 12 Agustus 1937 yang selalu berpenampilan slangean tapi selalu tampak berwibawa dan bersahaja.
Buku Rock N Roll Mom ini diterbitkan oleh Penerbit Hikmah (Mizan) dan kini sudah bisa dibeli di toko buku dengan harga Rp. 54.000 - Sebelumnya, Bunda Iffet pada tahun 2004 lalu juga penah menerbitkan buku berjudul Bundaku Sayang, buku yang berisi 23 artikelnya yang sebelumnya dimuat di Koran Slan.
Langganan:
Komentar (Atom)








